Melanjutkan upaya peningkatan kapasitas yang sebelumnya dilakukan oleh GIZ untuk para petani kakao di Kapuas Hulu bagian utara, proyek GRASS terus mendukung para petani ini dengan fokus pada prinsip-prinsip tumpangsari dan teknik pascapanen, seperti fermentasi. Untuk lebih meningkatkan keterampilan dan kesiapan pasar mereka, GRASS memberikan pelatihan tambahan, mengadakan kunjungan studi ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (ICCRI), serta memperkuat organisasi petani.
Untuk menghubungkan para petani dengan pasar yang andal, GRASS telah memfasilitasi kemitraan dengan sebuah usaha sosial, Kalara Borneo, yang berbasis di Pontianak. Kalara Borneo mengkhususkan diri pada produk-produk berkelanjutan dari Kalimantan Barat dan berkomitmen untuk membeli seluruh kakao yang diproduksi secara berkelanjutan dari para petani yang didukung dengan harga premium. Usaha sosial ini juga sudah secara resmi meluncurkan cokelat Kapuas Hulu single origin yang dibuat secara eksklusif dari kakao yang bersumber langsung dari petani binaan GRASS.
Untuk meresmikan kerja sama ini, telah dilakukan penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) pada tanggal 5 Desember 2024 di Pontianak oleh pendiri Kalara Borneo, Ibu Yohana Tamara Yunisa, dan Commission Manager GRASS, Bapak Per Rasmussen. Acara penandatanganan ini diresmikan oleh delegasi Kedutaan Besar Jerman di Indonesia yang diwakili oleh Deputy Head of Mission, Bapak Thomas Graf, dan BMZ Representative, Bapak Oliver Hoppe.
“Saya merasa sangat terbantu dengan adanya kolaborasi bersama proyek GRASS, karena untuk mewujudkan keberhasilan rantai pasok kakao dari hulu sampai ke hilir tidak dapat dikerjakan sendiri”, Ujar Yohana Tamara . Dengan adanya pasar yang andal dan penetapan harga premium melalui perjanjian ini, diharapkan semakin banyak petani yang terdorong untuk memandang kakao sebagai komoditas yang layak, mampu meningkatkan pendapatan, dan mendukung kelestarian ekologi.
Kommentare